MENILIK KEPATUHAN MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN LIFT PRIORITAS: SELISIK KEBAHASAAN

Posted on Updated on

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia VI Daring, kata lift diartikan sebagai “alat untuk mengangkat orang atau barang yang digerakkan dengan tenaga listrik, dapat turun naik, terutama dipakai pada gedung bertingkat” dan diklasifikasikan sebagai nomina atau kata benda. Dalam rujukan yang sama, kata prioritas mempunyai arti “yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain” dan tergolong sebagai nomina juga. Gabungan kedua kata ini membentuk frasa lift prioritas. Sebuah frasa yang sering digunakan sebagai rambu aturan pemanfaatan fasilitas di tempat-tempat publik, seperti stasiun, terminal, bandar udara, dan rumah sakit.

Lift prioritas di salah satu stasiun MRT Jakarta (sumber: akun X PT MRT Jakarta/@mrtjakarta)

Rambu aturan lift prioritas cukup membingungkan karena meskipun umumnya frasa ini dilekatkan dengan simbol atau ikon golongan masyarakat yang diprioritaskan untuk menggunakan lift, seperti warga lansia, orang dengan kursi roda, dan wanita hamil, tidak jarang lift ini digunakan juga oleh masyarakat di luar kelompok-kelompok tersebut. Sebelum melabeli mereka sebagai warga yang tidak patuh aturan, yuk, kita selisik dari sisi kebahasaan.

MAKNA GANDA

Frasa lift prioritas berpola diterangkan-menerangkan (D-M) sebab lift merupakan unsur inti atau unsur yang diterangkan, sedangkan prioritas merupakan unsur pewatas atau unsur yang menerangkan. Jika rambu aturan ini hanya menggunakan frasa lift prioritas atau tidak dalam bentuk kalimat, makna aturan ini ambigu. Frasa ini dapat dimaknai sebagaimana kita memaknai frasa kapal api atau frasa rumah sakit dengan penjelasan berikut:

Pada frasa kapal apiapi merupakan kata yang menerangkan kata kapal yang berasal dari unsur internal kapal itu sendiri. Dalam arti lain, memang benar-benar ada api di dalam kapal. Frasa lift prioritas dapat dimaknai seperti ini dengan penjelasan berikut:

Selain itu, frasa lift prioritas juga dapat dimaknai sebagaimana memaknai frasa rumah sakit dengan penjelasan berikut:

Pada frasa rumah sakitsakit merupakan kata yang menerangkan kata rumah yang tidak berasal dari keadaan atau sifat rumah, melainkan berasal dari unsur eksternal, yaitu orang-orang. Frasa lift prioritas dapat dimaknai seperti ini dengan penjelasan berikut:

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa lift prioritas, jika berdiri sendiri atau tanpa dirangkai dengan unsur pembentuk kalimat, bermakna ganda, yaitu: (a) lift yang penggunaannya diprioritaskan bagi golongan masyarakat tertentu; dan (b) lift yang dikhususkan untuk digunakan oleh golongan orang yang diprioritaskan. 

Makna pertama mengandung maksud bahwa penggunaan lift bersifat eksklusif-situasional atau eksklusif-inklusif dengan aplikasi ketika terdapat situasi di mana ada orang dari golongan prioritas hendak menggunakan lift tersebut, maka orang lain di luar golongan prioritas wajib memberikan kesempatan kepadanya. Sebaliknya, jika tidak ada orang dari golongan prioritas yang akan menggunakan lift tersebut, siapa pun dapat menggunakannya.

Sementara itu, makna kedua mengandung maksud bahwa penggunaan lift bersifat eksklusif-absolut atau dengan kata lain dalam kondisi apapun, meskipun tidak ada orang dari golongan prioritas yang ingin menggunakan lift tersebut, lift tersebut tetap tidak boleh digunakan oleh selain orang dari golongan prioritas.

Pada akhirnya, selisik kebahasaan ini diharapkan dapat menjadi “penyaring” sebelum kita terburu-buru melabeli orang yang tidak termasuk dalam kelompok prioritas (warga lansia, orang dengan kursi roda, dan wanita hamil) menggunakan lift prioritas sebagai orang yang tidak mematuhi aturan. Bisa jadi mereka memahami frasa lift prioritas sebagai makna pertama yang bersifat eksklusif-situasional atau eksklusif-inklusif dengan syarat sedang tidak ada orang dari golongan prioritas yang hendak menggunakannya. Pilihan pemaknaan dikembalikan kepada diri masing-masing. Namun, saya berusaha untuk konsisten mengambil makna yang kedua yang bersifat eksklusif-absolut. Sikap ini saya ambil untuk menjaga prinsip kehati-hatian.

SARAN KEPADA PENGELOLA FASILITAS PUBLIK

Menyadari bahwa rambu aturan yang hanya menggunakan frasa lift prioritas dapat diinterpretasikan secara tak tunggal, sehingga berpotensi memunculkan syak wasangka dari masyarakat, disarankan pengelola dapat menggunakan rambu yang tak hanya menggunakan frasa, tetapi dilengkapkan agar menjadi kalimat “lift ini diprioritaskan untuk” –atau yang semakna dengannya– dengan diikuti simbol atau ikon golongan masyarakat yang diprioritaskan untuk menggunakan lift. Dengan rambu yang jelas seperti ini, maka masyarakat tidak melakukan kesalahan apabila menggunakan lift prioritas ketika tidak ada orang dari kelompok prioritas yang hendak menggunakannya karena pemanfaatan lift bersifat eksklusif-situasional atau eksklusif-inklusif.

Lift prioritas yang menggunakan kalimat –tidak hanya frasa– di salah satu stasiun KRL Commuter di Jakarta (sumber: koleksi pribadi)

Salam takzim, Yuda Alfarisi Nasution

Bahasa Indonesia: Warisan Pemuda Lampau, Tanggung Jawab Pemuda Kini

Posted on Updated on

Mohammad Tabrani Soerjowitjirto atau disingkat M. Tabrani. (Sumber foto: id.wikipedia.org)

Indonesia, negara yang kaya dengan keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa, memerlukan sebuah titik temu untuk menyatukan jiwa dan aspirasi dari seluruh penjuru Nusantara. Titik temu itu adalah Bahasa Indonesia. Sebagai bahasa yang menaungi ratusan suku dan belasan ribu pulau, kelahirannya tak lepas dari peran serta pemuda-pemudi tanah air yang dengan penuh semangat menjadikan Bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan.

Bidan Itu Bernama Pemuda

Lini masa ditarik mundur ke tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 ketika segenap pemuda Indonesia bersepakat untuk menggelar kongres guna membahas rumusan fundamental persatuan bangsa. Adalah M. Tabrani, salah satu pemuda Indonesia yang kala itu belum genap berusia 22 tahun, yang di dalam kongres tersebut beradu argumentasi dengan Mohammad Yamin, seorang sastrawan berusia 23 tahun kala itu, mengenai nama bahasa persatuan. M. Tabrani tidak setuju dengan pemikiran Mohammad Yamin yang mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan pertimbangan bahwa bahasa ini telah lama menjadi basantara atau lingua franca di wilayah yang kemudian disebut Indonesia. Konsep Mohammad Yamin berbunyi sebagai berikut (dengan ejaan lama):

  1. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah yang satoe, tanah Indonesia;
  2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, bangsa Indonesia;
  3. Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng tinggi bahasa persaturan, Bahasa Melajoe.

M. Tabrani hanya menyetujui poin 1 dan 2 karya sang arsitek pengonsep ikrar tersebut. Menurutnya, jika tumpah darah dan bangsa disebut Indonesia, maka bahasa persatuannya juga harus disebut bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu. Perbedaan pendapat berakibat pada ditundanya pengambilan keputusan redaksi ikrar hingga Kongres Pemuda II terlaksana pada 28 Oktober 1928. Perdebatan sengit ini terekam jelas dalam buku biografi M. Tabrani yang berjudul Anak Nakal Banyak Akal. Berikut kutipan dari M. Tabrani kala itu yang sangat berenergi:

Dari penggalan sejarah di atas, kita menjadi paham bahwa ternyata teks ikrar Sumpah Pemuda yang dikenal luas hari ini terbentuk melalui sebuah perdebatan penetapan bahasa pemersatu bangsa. Sastrawan asal Sumatera Barat, Mohammad Yamin, condong untuk menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu karena secara faktual, selain bahasa Jawa, bahasa Melayu memang merupakan bahasa perantara antarsuku bangsa di Nusantara saat itu. Sementara itu, M. Tabrani, seorang jurnalis kelahiran Pamekasan, bersikukuh untuk melahirkan bahasa Indonesia. Saya meyakini bahwa kekukuhan M.Tabrani ini tak lain dilakukan untuk menjaga persatuan atau menghindari favoritisme terhadap suku bangsa tertentu.

Penggalan sejarah di atas menggambarkan kuatnya argumen persatuan para pemuda Indonesia di balik lahirnya Bahasa Indonesia, bahasa pemersatu bangsa, 97 tahun silam. Sepakat dengan Harimutri Kridalaksana dalam bukunya yang bertajuk Masa-Masa Awal Bahasa Indonesia, tanggal 2 Mei 1926 layak ditetapkan sebagai hari lahir Bahasa Indonesia dengan para pemuda sebagai bidan yang membantu kelahirannya.

Bahasa Indonesia Berpayung Hukum

Tak berhenti di ikrar, bahasa Indonesia mendapat tempat dalam konstitusi negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal 36 UUD 1945 berbunyi “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.” Ini merupakan bentuk pengakuan hukum pertama dan tertinggi mengenai kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

Pasal 36 UUD 1945 diejawantahkan ke dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dua puluh satu pasal di dalam undang-undang ini dikhususkan untuk mengatur mengenai penggunaan, pengembangan dan perlindungan, hingga peningkatan Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Dalam Pasal 25 dijelaskan bahwa bahasa Indonesia memiliki fungsi di antaranya sebagai bahasa resmi kenegaraan, jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, pengantar pendidikan, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Kewajiban penggunaan bahasa Indonesia pada berbagai lingkungan dan kondisi diatur secara lengkap di dalam undang-undang ini.

Negara ini juga memosisikan bahasa Indonesia pada tempat terhormat dalam perumusan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan perubahannya mengatur bahwa bahasa peraturan perundang-undangan tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia. Dalam beleid ini pula diatur limitasi penggunaan istilah asing yang hanya dapat digunakan di dalam bagian penjelasan peraturan perundang-undangan. Hal ini jelas merupakan wujud negara dalam memberikan ruang kehormatan dan pengutamaan bahasa Indonesia terhadap bahasa asing.

Lebih jauh lagi, Indonesia bahkan memiliki peraturan bahasa Indonesia pada tingkat yang lebih teknis, yaitu Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2019. Produk hukum ini memberikan penegasan keharusan penggunaan Bahasa Indonesia dalam lima belas area, di antaranya peraturan perundang-undangan, dokumen resmi negara, pidato resmi pejabat, pendidikan nasional, pelayanan administrasi publik di instansi pemerintah, nota kesepahaman, forum nasional dan internasional di Indonesia, serta komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta.

Keempat regulasi di atas merupakan wujud konkret penghargaan dan kepedulian negara terhadap eksistensi dan kelestarian bahasa Indonesia. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa sejatinya, secara hukum, tidak ada celah bagi masyarakat Indonesia untuk menyampingkan bahasa Indonesia dalam setiap ruang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Namun, pertanyaan besar berikutnya adalah sudah sebaik apa kita menjaga kelestarian bahasa Indonesia melalui kepatuhan terhadap kaidah dan pengutaman penggunaannya dibanding bahasa asing.

Urgensi Bahasa bagi Sebuah Bangsa

Dalam konteks pembentukan dan pelestarian identitas nasional, bahasa memainkan peran yang sangat penting. Seperti yang diungkapkan oleh Ferdinand de Saussure, bahasa bukan hanya sistem tanda-tanda yang bersifat arbitrer, melainkan struktur simbolik yang merefleksikan realitas sosial dan kultural masyarakat pemakainya (Saussure, 1916). Dari perspektif bangsa, bahasa memainkan tiga fungsi kritis yang menunjukkan urgensinya.

Pertama, bahasa sebagai identitas. Anderson (1983) dalam Imagined Communities mengartikulasikan bahwa bahasa adalah instrumen kunci dalam membentuk ‘komunitas terbayang’ suatu bangsa. Melalui bahasa, sejarah, tradisi, dan nilai-nilai suatu masyarakat terekspresi dengan jelas yang membangun fondasi identitas kolektif.

Kedua, bahasa sebagai alat integrasi sosial. Dalam masyarakat yang beragam, bahasa nasional berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan berbagai kelompok etnik dan budaya. Seperti yang dijelaskan oleh Bourdieu (1991), bahasa memiliki kapital simbolik yang bisa meneguhkan dominasi satu kelompok atas yang lain, tetapi dalam konteks bangsa, bahasa nasional bisa difungsikan sebagai alat pemersatu yang inklusif.

Ketiga, bahasa sebagai konservator warisan budaya. Menurut Crystal (2000) dalam Language Death, setiap bahasa yang punah mengambil bagian dari warisan budaya dunia. Sebuah bangsa kehilangan bagian dari sejarah dan tradisinya saat bahasanya terpinggirkan atau punah.

Bahasa bukan hanya sekedar untaian kata yang diucapkan atau dituliskan, tetapi merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, individu dengan komunitasnya, dan sebuah bangsa dengan dunia luar. Dengan bahasa, kita menemukan siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Menjaga, mengembangkan, dan mempromosikan bahasa nasional adalah upaya konstan dalam mempertahankan kedaulatan kultural suatu bangsa.

Tantangan Bahasa Indonesia pada Era Informasi

Era informasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam cara kita berkomunikasi. Kemajuan teknologi informasi, khususnya media sosial dan internet, telah mendorong pemakaian bahasa yang lebih beragam, dan bahasa Indonesia pun menghadapi tantangan baru dalam menegaskan eksistensinya.

Poin analisis pertama adalah dominasi bahasa global. Dalam dunia digital, bahasa Inggris menjadi bahasa dominan dan bahasa-bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, harus berjuang untuk tetap relevan. Media sosial laman, aplikasi, dan berbagai platform digital sering kali didesain dalam bahasa Inggris, sehingga mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih fasih dalam bahasa global tersebut.

Tantangan berikutnya ialah kemudahan akses informasi yang sering kali melahirkan “bahasa gaul” atau slang yang semakin menjauhkan penggunaan bahasa standar. Bahasa Indonesia di media sosial mengalami distorsi yang signifikan yang bisa mengancam integritas dan fungsi bahasa itu sendiri.

Selain itu, dominasi bahasa Inggris sering kali mendapatkan prioritas, sebagian disebabkan oleh apa yang sering disebut sebagai “mental inferioritas” dalam konteks Indonesia. Mengagung-agungkan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, mencerminkan adanya rasa rendah diri dan kurangnya apresiasi terhadap kekayaan budaya dan bahasa sendiri.

Mental inferioritas ini diperlihatkan dalam preferensi masyarakat kita yang sering kali memilih menggunakan bahasa asing, terutama di media sosial, sebagai simbol status dan modernitas. Seringkali ketergantungan pada bahasa Inggris dalam dunia digital bukan hanya didorong oleh fungsionalitasnya, tetapi juga oleh persepsi bahwa penggunaan bahasa asing dianggap lebih bergengsi. Hal ini tervalidasi dengan enggannya masyarakat kita untuk menggunakan padanan bahasa Indonesia atas istilah bahasa asing dengan alasan ketidakumuman penggunaan dan kekhawatiran terjadinya deviasi makna. Padahal, kedua hal tersebut justru akan meluntur ketika kita sering menggunakan padanan bahasa Indonesia atas istilah bahasa asing.

Lebih mirisnya lagi, seringkali mental inferioritas ini terjadi pada ruang-ruang formal kenegaraan. Alih-alih menjadi ‘penjaga’ jati diri bangsa, aparat negara malah kurang mengapresiasi bahasa sendiri dan memosisikan bahasa asing satu tingkat lebih bergengsi daripada bahasa persatuan negaranya.

Yang Pemuda Masa Kini Dapat Lakukan

Melihat fenomena tantangan hari ini, bahasa Indonesia tampaknya memang belum akan benar-benar punah dalam seratus tahun ke depan. Namun, tingkat penggunaannya kemungkinan akan semakin menurun, juga tingkat kepatuhan penerapan atas kaidah-kaidahnya.

Namun, asa tetap dapat menyala. Banyak faktor yang menjadi harapan bagi keberlanjutan bahasa Indonesia. Salah satunya adalah semakin kuatnya kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga identitas bangsa. Selain itu, berbagai inisiatif dan program pemerintah serta organisasi nonpemerintah terus berupaya mempromosikan dan mendidik masyarakat tentang pentingnya bahasa Indonesia, baik dalam konteks budaya maupun komunikasi sehari-hari.

Di sisi lain, teknologi digital, meskipun bisa menjadi tantangan, juga memberikan peluang. Platform media sosial, aplikasi pembelajaran, dan konten digital berbahasa Indonesia semakin bervariasi dan menjangkau audiens yang lebih luas. Pemuda masa kini memiliki kesempatan untuk menggabungkan kreativitas dan inovasi dalam menyebarkan bahasa Indonesia ke seluruh dunia melalui konten-konten menarik.

Penting juga untuk menyadari bahwa bahasa adalah refleksi dari budaya dan sejarah suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya pelestarian bahasa sejatinya juga merupakan upaya pelestarian identitas dan warisan budaya. Dengan terus mengajarkan dan memperkenalkan kekayaan bahasa Indonesia kepada generasi berikutnya, kita memastikan bahwa bahasa ini tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.

Khusus bagi pemuda yang juga aparat negara, di ruang formal kenegaraan/pemerintahan, gunakan bahasa Indonesia dengan benar dan utamakan bahasa Indonesia di atas bahasa asing. Tanamkan pemahaman bahwa sebagai aparat negara, sudah sepantasnya Anda membantu negara mewujudkan salah satu visinya, yaitu menjaga identitas bangsa ini. Jadikan ruang kenegaraan menjadi lapangan pengabdian kepada bangsa dan negara, bukan ruang pembuktian dan validasi diri.

Terakhir, pemuda Indonesia masa kini hendaknya terus mengingat perjuangan dan semangat nasionalisme pemuda Indonesia masa lampau dalam konteks kebahasaan. Mereka adalah pewaris bahasa Indonesia, maka kita yang hidup di hari ini bertanggung jawab untuk menjaganya. (YAN)

Happy 2nd Birthday, Kualanamu.

Posted on Updated on

Kualanamu

Kualanamu 2

Tidak ada yang lebih membahagiakan pada tanggal 24 Juli 2013 bagi saya daripada menyaksikan seremoni operasi perdana Bandara Internasional Kualanamu melalui internet. Angkasa Pura II menetapkan malam itu sebagai pembukaan perdana Bandara Kualanamu menggantikan Bandara Polonia sebagai pelayan utama penerbangan komersial di Sumatera Utara.

polonia

polonia 2

Malam itu seluruh operasi penerbangan komersial di Bandara Polonia diakhiri dan ditutup dengan penerbangan dari maskapai Air Asia Indonesia bernomor AWQ 7803 (tail number PK-AXV) yang mendarat pada pukul 23:51 WIB. Penumpang penerbangan terakhir ini disambut dengan tarian adat, dikalungkan bunga, dan diberi merchandise unik.

AA last Polonia

BP9JnUlCQAA_PxW

Berlanjut ke ferry flight. Sederhananya, ferry flight adalah penerbangan yang bertujuan memindahkan pesawat, bukan penumpang, dari satu bandara ke bandara lain. Ferry flight malam itu dilakukan dari Bandara Polonia ke Bandara Kualanamu sebagai penanda dimulainya operasional kebandarudaraan di Bandara Kualanamu, yang secara resmi disebut soft-opening. Ferry flight dilakukan dengan pesawat dari maskapai Garuda Indonesia bernomor GIA 196 (tail number PK-GFO) dengan Bapak Dahlan Iskan, Menneg BUMN saat itu, di dalamnya. GIA 196 mendarat dengan mulus di Bandara Kualanamu melalui runway 23 sekitar pukul 01:55 WIB tanggal 25 Juli 2013.

Garuda Prepare TO at Polonia

Garuda Ferry_TO

garuda ferry landed_zoom out

Garuda Ferry_Landed

Dua peristiwa di atas menjadi bahasan utama dan satu-satunya bagi saya dan teman-teman pengamat (sebut saja demikian, karena setidaknya kami mengamati pembangunan bandara ini sejak land clearing) di forum diskusi http://www.skyscrapercity.com. Perkembangan minute-to-minute (bahkan pada beberapa moment second-to-second) tidak rela kami lewatkan dari pembahasan. Sebagian besar kami hanya dapat memantau melalui situs/aplikasi pemantau penerbangan live http://www.flightradar24.com yang popularitasnya belum setinggi sekarang. Ada teman yang menyaksikan langsung di Bandara Polonia, ada yang di Bandara Kualanamu, bahkan ada yang kebetulan sedang bertugas di menara ATC Bandara Polonia. Saya termasuk yang hanya bisa mengamati dari situs http://www.flightradar24.com.

Dari jumlah postingan dan bahasa yang digunakan, jelas terlihat bahwa kami sangat terharu sekaligus bangga. Bagaimana tidak? Saya pribadi mengamati pembangunan bandara ini sejak tahun 2007 dan banyak teman bahkan dari tahun-tahun sebelumnya. Kenapa tidak? Karena Bandara Polonia yang sudah 85 tahun melayani itu tidak lagi mampu menjadi representasi Sumatera Utara, dan Medan khususnya. Di usia rentanya, kapasitasnya tidak lagi mampu mengimbangi laju pertumbuhan penumpang yang membutuhkan sarana transportasi udara yang layak. Selain itu, Bandara Polonia juga sudah pernah menjadi ground-zero kecelakaan pesawat komersial Mandala Airlines yang menewaskan ratusan orang yang secara tata kota dan peraturan keselamatan penerbangan sipil tidak layak berada di tengah kota yang sedang bergeliat. Mengapa tidak? Bandara ini memiliki gaya arsitektur modern, fasilitas kereta api dedicated pertama di Indonesia, dan land-bank yang luas, kedua terluas di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta (1.365 Ha). Dalam pengembangannya direncanakan menggunakan tol bandara, 2 runway, dan 3 concourse yang berbentuk huruf H. Tol bandara saat ini sedang dalam pengerjaan dan pembangunan concourse kedua dikabarkan sedang dalam proses tender.

Kini Bandara Kualanamu sudah genap berusia dua tahun. Masih infant jika dianalogikan ke manusia. Pemeliharaan dan pengembangan minor terus dilakukan. Masih ada, bahkan banyak, kekurangan di sana-sini. Sebut saja dari sisi arsitektur. Tidak perlu bertitel sarjana teknik arsitektur untuk menilai bahwa arsitektur bandara ini hanya bagus secara makro dan sangat lemah di detail. Belum lagi masalah pelayanan dan kebersihan yang masih jauh panggang dari api jika ingin disandingkan dengan Kuala Lumpur International Airport atau bahkan jika ingin merebut market share Changi International Airport, seperti visi yang digadangkan. Bagi saya bandara ini bukan yang terbaik di Indonesia, bukan pula yang terindah apalagi sempurna. Cukuplah yang tercinta, karena cinta tidak perlu sempurna. Meski cinta, tidak berarti menutup mata akan kekurangan-kekurangannya atau menjadi spartan untuk membela.

Happy 2nd birthday, Bandara Kualanamu! Terus lah berbenah karena visimu tinggi di angkasa sana.

tol_1

SISI LAIN PENERBANGAN YANG TERLAMBAT (DELAYED)

Posted on Updated on

flight-delay-sign
Courtesy of http://www.eurocontrol.int

Penerbangan yang terlambat berangkat adalah hal yang paling dibenci oleh semua pihak yang terlibat di industri penerbangan. Bukan hanya penumpang, maskapai juga sebal kalau sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Industri penerbangan dibangun atas dasar kebutuhan dua belah pihak, pengguna dan penyedia jasa. Masing-masing pihak punya hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk membuat sebuah perjalanan jadi menyenangkan untuk semua.

Penerbangan yang terlambat, atau yang lebih akrab dengan istilah delayed merupakan hal yang sangat merugikan. Bukan hanya penumpang, maskapai penerbangan pun dirugikan. Setiap maskapai penerbangan tidak menginginkan delayed terjadi.

Mungkin yang ini sedikit terlewatkan oleh orang banyak. Dibalik sebuah peristiwa delayed, ada banyak konsekuensi yang menerpa maskapai penerbangan. Ada banyak “extra” yang jadi hadiah untuk maskapai apabila peristiwa ini terjadi. Beberapa di antaranya adalah denda yang diberlakukan oleh pemerintah sebagai regulator, biaya tambahan untuk menjamin kenyamanan penumpang selama menunggu, tagihan tambahan untuk bahan bakar avtur dan macam-macam lainnya.

Dengan beban operasi yang semakin meningkat, tentu saja kalau boleh memilih, akan jauh lebih baik delayed tidak terjadi. Menurut IATA (International Air Transport Association), ada 71 jenis penyebab keterlambatan pesawat. Kalau dikerucutkan lagi, ada 11 kelompok penyebab. Salah satu yang paling penting adalah kontribusi penumpang dan bagasi ke dalam salah satu kelompok penyebab itu.

Maskapai penerbangan punya tanggung jawab untuk mengantisipasi dan mengendalikan berbagai macam faktor yang potensial menyebabkan pesawat terlambat bertolak. Pada model bisnis low cost carrier, suatu keterlambatan kecil di awal hari bisa memengaruhi seluruh jadwal yang melibatkan pesawat tersebut sepanjang hari.

Kembali ke kelompok penyebab keterlambatan, tidak banyak yang menyadari bahwa seluruh elemen punya peran dalam suatu kejadian di dalam industri penerbangan. Satu contoh yang paling menarik adalah kenapa maskapai harus menerapkan batasan waktu check in sehingga setelah waktu yang ditentukan penumpang tidak lagi bisa diterima untuk mengikuti sebuah penerbangan.

Maskapai penerbangan dapat menerapkan kebijakan batasan waktu check in bervariasi. AirAsia Indonesia, misalnya, menerapkan batasan check in 45 menit sebelum waktu penerbangan. Seringkali calon penumpang datang tergopoh-gopoh dan melewati batasan yang sudah ditentukan. Ketika dikonfirmasikan bahwa waktunya sudah terlambat, argumen yang seringkali disampaikan adalah “Kan pesawatnya masih ada dan belum berangkat?”

Masalahnya tidak sesederhana itu. Maskapai bukan hanya memerhatikan apakah penumpang terangkut atau tidak. Tanggung jawabnya lebih besar.

Misalnya saja, maskapai harus memerhatikan apakah waktu yang diperlukan untuk memasukkan seluruh bagasi penumpang lain cukup atau tidak sebelum pesawat bertolak. Atau, apakah waktu untuk menghitung berat pesawat dan seluruh isinya sesuai prosedur atau tidak. Sekedar informasi, berat pesawat ini berpengaruh ke informasi yang dilanjutkan kepada penerbang dan ­flight plan-nya. Lalu kemudian dari hitungan itu akan keluar jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk suatu penerbangan. Dari situ, maskapai  melakukan permintaan kepada penyedia bahan bakar di bandara untuk melakukan pengisian langsung ke pesawat. Bayangkan saja kalau satu proses telat dilakukan, potensi gangguannya besar kan?

Tambahan atau pengurangan jumlah penumpang pada saat-saat terakhir menjelang penerbangan sedikit banyak akan memengaruhi hasil kalkulasi. Dan jika kalkulasi harus diulang atau menunggu hal-hal seperti sudah disebutkan di atas, maka potensi keterlambatan muncul dengan sendirinya. Masalahnya jadi tidak sesederhana “Kan pesawatnya masih ada dan belum berangkat?”. Di sinilah tugas kita sebagai penumpang diperlukan untuk membantu sebuah penerbangan berlangsung sesuai dengan jadwal.

Selain itu, satu hal yang mungkin juga terjadi dan menyebabkan keterlambatan penerbangan yang berjamaah adalah adanya disruptive passenger atau penumpang yang bisa membahayakan keselamatan penerbangan secara keseluruhan.

Ini terjadi beberapa bulan yang lalu ketika pesawat Virgin Australia harus menunggu izin menurunkan muatan karena ada seorang penumpang yang mengancam keselamatan penerbangan. Waktu itu, pesawat tidak boleh mendekat ke terminal dan bandara ditutup untuk pendaratan selama lebih dari 2 jam. Efeknya juga berimbas ke maskapai lain.

Pada saat hal itu terjadi, misalnya, beberapa maskapai terpaksa mengalihkan sejumlah pesawat yang seharusnya mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali, ke Bandara Lombok atau bahkan ada yang harus kembali lagi ke Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. Bukan hanya menyebabkan delayed, tapi juga ada kerugian lain yang harus ditanggung maskapai karena kejadian ini.

Salah satu divisi di maskapai, pada AirAsia Indonesia disebut Operation Control Center (OCC), punya peran penting menjadi event organizer-nya sebuah penerbangan. Divisi itu adalah pihak yang harus pertama kali tahu kondisi terakhir sebuah penerbangan berdasarkan informasi yang ada. Alhasil, jika pilihan sulit karena banyak faktor tadi terjadi, divisi tersebut berwenang menunda (delaying) atau bahkan membatalkan (cancelling) sebuah penerbangan. Dan itu kemudian menjadi tugas paling berat yang harus dilakukan divisi ini.

Contoh yang terbaru adalah ketika Gunung Kelud di Jawa Timur mengeluarkan abu vulkanik. Pada saat itu, sejumlah tindakan harus diambil oleh divisi tersebut. Salah satunya adalah membatalkan sejumlah penerbangan. Pegangan utamanya adalah bagaimana tetap mengutamakan keselamatan berdasarkan data-data yang maskapai punya.

Seperti biasa, keselamatan adalah panglima yang harus dituruti. Apapun risikonya, seberat apapun efeknya, itu adalah hal paling utama yang harus maskapai jalankan.

Setelah mengetahui bahwa peran kita sebagai penumpang memiliki kontribusi besar terhadap keakuratan jadwal keberangkatan penerbangan, kita patut merubah pola pikir dan mendisiplinkan diri mengikuti aturan maskapai dalam melakukan check in. Karena Anda dan maskapai tidak ingin delayed terjadi.

 

Disadur dari in-flight magazine AirAsia Indonesia, Travel 3Sixtyo Indonesia, edisi Agustus 2014.

Apa yang Tidak Anda Lihat di Media tentang Gaza? – Wawancara Timothy Marbun dengan Dubes Palestina, Fariz Mehdawi

Posted on

Courtesy: http://www.aktual.co/

Di tengah perhatian dunia atas konflik Palestina dan Israel yang sudah lebih dari seminggu terakhir kembali berkecamuk, jurnalis Kompas TV, Timothy Marbun, berkesempatan melakukan wawancara dengan Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi. Apa yang sebenarnya terjadi di Gaza? Apa yang tidak kita lihat di Media tentang Gaza? Berikut wawancara menjawab hal tersebut yang saya kutip dari blog Timothy Marbun. Ini tentang kemanusiaan dan kita semua harus tahu dan peduli.

——————————————-

Di tengah ramainya pembicaraan dan perhatian dunia pada peristiwa yang terjadi di Gaza, saya berkesempatan untuk mewawancarai Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N. Mehdawi di Kedutaan Palestina di Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 dalam bahasa inggris. Berikut adalah terjemahan lengkap dari wawancara yang berdurasi 24 menit tersebut.
Pertanyaan yang saya ajukan akan diawali dengan huruf T, dan jawaban Duta Besar akan ditandai dengan huruf J.
Semoga berguna.

——————————————-

T:
Duta besar, terima kasih atas waktu anda. Pertama saya ucapkan turut prihatin atas kondisi yang terjadi di Gaza saat ini, yang harapannya akan segera membaik. Pertanyaan saya adalah, media tidak selalu dapat menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi disana. Apa kondisi Gaza yang tidak kita lihat di media?

J:
Yang tidak kita lihat, orang selalu tertarik dengan angka. Kita sudah berhitung berapa angka martir disana. Sudah lebih dari 200 orang, dan bangunan yang hancur juga sudah mencapai 200 lebih, lebih dari 5000 warga tidak bisa tidur tadi malam. Ada lebih dari 1000 orang terluka, jauh melebihi kemampuan fasilitas kesehatan kita. Masalahnya dengan kamera adalah, tidak mampu menunjukkan bagaimana gambaran besarnya. Contohnya, menggambarkan Gaza. Gaza hanyalah sebidang tanah kecil. Lebar 10km dan panjangnya 35km. Jadi, hanya sekitar 350 kilometer persegi, jauh lebih kecil dari Jakarta, itulah Gaza. Saat dimasuki 45.000 pasukan Israel, yang menguasai darat, laut, dan udara, ditambah lagi 2 ribu pesawat tempur F-16 atau F-17 menjatuhkan bom di daerah kecil dengan penduduk 1,8 juta, maka dimanapun bom itu dijatuhkan, pasti warga yang jadi korban.
Seperti anda ingin memukul seseorang yang botak, dimanapun anda memukulnya, pasti akan mengenai kulit kepalanya.
Lalu, kondisi ini dibuat seakan terlihat seperti ada perang antara dua pasukan yang seimbang. Bukan itu keadaannya. Di Gaza, yang ada hanyalah penduduk sipil. Kita tidak ada tentara. Kita bahkan hampir tidak memiliki pasukan kepolisian untuk keamanan internal. Kami tidak memiliki pasukan yang bisa bertempur melawan tank dan persenjataan berat dari pasukan Israel, pasukan terbesar dan terbaik ke-4 dunia. Bagaimana kami di Gaza bisa bertempur melawan pasukan sebesar itu? Jadi menunjukkan bahwa yang terjadi di Gaza adalah perang, itu tidak adil. Ini adalah pembantaian oleh pasukan yang sangat canggih dari negara Israel, melawan populasi sipil, yang bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya. Tidak ada cukup air di Gaza, pasokan listrik tidak memadai, bahkan warganya tidak bebas untuk keluar masuk dari Tepi Barat ke Gaza. Mereka semua hidup dalam kondisi yang sangat berat, ditambah lagi aksi militer.
Kemarin saya berbicara dengan mereka di telepon, dan mereka bilang mereka bahkan tidak bisa tidur. Karena serangan udara ini tidak berhenti. Mereka bilang rumah mereka seperti terkena gempa bumi, barang-barang berserakan, benda kaca pecah di lantai, meskipun bom tidak mengenai rumah mereka. Tragedi kemanusiaannya adalah mereka tidak punya pasokan makanan dan air yang mencukupi. Kehidupan keseharian mereka terhenti selama seminggu penuh. Kamera tidak bisa menangkap ini, media tidak bisa menangkap ini. Karena ini membuat seluruh warga Gaza hidup dibawah belas kasihan siapapun yang datang untuk membantu.

T:
Kita sepertinya hanya mendengar Gaza saat serangan seperti ini terjadi, di saat lain, seakan jadi tidak penting lagi. Anda bisa berikan gambaran bagaimana hidup dalam keseharian di Gaza?

J:
Sayangnya, seluruh dunia memperlakukan Gaza dengan tidak adil. Salah satunya adalah dengan menggambarkan Gaza sebagai tanahnya Hamas. Dimana penuh dengan teroris, tentara sipil, roket, bangsa yang ingin menghancurkan bangsa Yahudi dan membinasakan Israel, ini semua gambaran yang diberikan tentang Gaza. Sayangnya, beberapa Negara menganggap ini benar, dan menyebarkannya demikian. Hamas hanyalah sebuah organisasi politis yang memenangkan sebuah pemilu di tahun 2006. Selain Hamas, ada 13 organisasi politik lain di Gaza. Merekapun punya sistim militia sendiri, tapi bukan tentara professional. Seluruh Gaza sudah dikuasai, kita tidak memiliki perdagangan dengan bagian dunia manapun. Kita tidak punya pelabuhan, ataupun lapangan terbang. Kita hanya memiliki perbatasan Rafah, dan terowongan bawah tanah. Jadi bayangkan, dari mana pula kami bisa mendapatkan persenjataan militer yang canggih? Tidak ada. Yang mungkin ada hanyalah persenjataan lokal yang sederhana, dan sangat primitif. Tidak bisa membunuh atau melukai siapapun. Kami akui, terkadang kami menembak kearah mereka, tapi itu murni untuk membela diri. Mana mungkin warga Gaza mau bunuh diri dan menerima keadaan yang buruk tanpa mencoba melawan, tentu ada perlawanan, tapi apakah sebanding dengan apa yang akan diterima? Tentu saja tidak. Kami hanya mencoba membela diri, dengan cara apapun yang tersedia.
Jadi kekuatan dari kedua pihak dalam konflik ini tidak seimbang. Tidak adil bila masyarakat berpikir kondisi ini seperti Afghanistan, atau pihak apapun, yang ingin membahayakan Israel. Bagaimana mungkin kami mau membahayakan Israel? Listrik yang kami butuhkan datangnya dari Israel. Obat-obatan yang kami butuhkan, datangnya dari Israel. Makanan yang kami beli untuk Gaza juga datang dari Israel. Bagaimana mungkin kami ingin membahayakan Israel? Sudah berapa orang yang terbunuh dalam 5 tahun terakhir? Tidak ada alasan.
Biar saya mundur sedikit, latar belakang dari agresi ini adalah kegagalan dari proses pendamaian. Semua tahu bahwa otoritas Palestina selama ini mencoba melakukan pembicaraan damai dengan Israel untuk menyepakati pendamaian yang permanen. Karena inti dari konflik ini adalah okupansi militer yang dilakukan oleh Israel sejak 1967. Seluruh dunia mengatakan bahwa solusinya adalah menciptakan 2 negara yang hidup damai bersebelahan. Ada beberapa kendala, pertama adalah dimana batas negaranya? Kami mengatakan batas negaranya mengikuti kondisi tahun 1967, sebelum Israel mengokupansi wilayahnya. Menurut batasan ini, Palestina adalah Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem. Itu basis fundamental dari kesepakatan damai, namun meski diterima seluruh dunia, Israel menolak mengakui batasan ini.
Pak (John) Kerry sudah memberikan dukungan luar biasa, dengan negosiasi berkelanjutan selama 9 bulan, tapi tidak ditemukan kesepakatan. Sementara itu, Israel terus membangun permukiman di Tepi Barat. Ini sebenarnya tujuan utama Israel. Tujuan utama Israel bukan di Gaza, tapi membangun permukiman di Jerusalem dan di Tepi Barat. Jadi mereka ingin mengalihkan seluruh perhatian dunia ke Gaza, daripada membicarakan apa tentang pembangunan permukiman mereka di tanah yang dirampas di Tepi Barat. Jadi, selama pendudukan ini terus terjadi, lingkaran kekerasan akan terus berulang. Mengapa mereka menyerang Gaza? Karena kita juga telah mencapai rekonsiliasi damai antara Hamas dan Fatah, kini, tidak ada pemisahan lagi di Palestina. Hanya ada 1 pemerintahan, 1 presiden, dan 1 institusi di Palestina, beserta berbagai partai politik, yang akan bersiap menghadapi pemilihan umum pada Januari untuk memilih anggota parlemen dan presiden. Kami mulai bersatu, dan ini yang tidak diterima oleh Israel, mereka ingin menyerang Gaza, dan mencoba menganggap Hamas berbeda sendiri , menciptakan perang antara Israel dan Hamas saja. Ini adalah perang antara pasukan Israel melawan seluruh Palestina, bukan hanya Hamas, dan bukan hanya Gaza.

T:
Masyarakat Indonesia sangat terdorong untuk membantu rakyat Palestina. Ada yang memberikan uang mereka, ada yang memberikan doa, ada yang ingin datang dan membantu perjuangan disana. Apa saran anda bagi mereka?

J:
Saya sangat merasa terharu dengan perhatian yang diberikan oleh rakyat Indonesia, siapapun mereka. Pria, wanita, siapapun, ini sangat penting bagi kami. Seperti yang sudah saya katakan, ini bukan konflik militer, maka dukungan Indonesia disini mungkin sebaiknya berbentuk dukungan politis dan kemanusiaan. Ini juga yang telah selama ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki posisi penting dalam kancah perpolitikan dunia untuk berperan dan bersuara untuk membantu posisi kami. Ini juga telah dilakukan. Sekedar mengingatkan, saat kami mengajukan keanggotaan di PBB, Pak Marty Natalegawa, selaku Menteri Luar Negeri, dengan perintah dari Presiden Yudhoyono, datang sendiri ke New York untuk mendukung draf resolusi yang berisi permintaan keanggotaan kami. Ini adalah bantuan yang sangat besar, karena disitu Indonesia sekaligus mewakili 56 negara lain, yang sebagian besar diantaranya adalah negara Non-Blok dan negara Muslim, jadi Indonesia bisa membantu dengan memobilisasi dukungan di negara –negara ASEAN secara politis maupun diplomatis.
Indonesia juga bisa mendukung melalui OIC, dimana Indonesia juga punya pengaruh besar di organisasi berpenduduk muslim. Indonesia juga berpengaruh di Kelompok Negara G-77 dan negara-negara Non-Blok. Di tiga kelompok ini, Indonesia sudah berperan, dan kita pun berkoordinasi penuh di New York, Jeddah, dan lainnya. Itu faktanya. Baru dua bulan lalu, Indonesia membentuk konferensi bernama CEAPAD, yaitu konferensi negara-negara Asia Timur untuk pembangunan Palestina. Pembangunan Palestina adalah suatu proses yang panjang, dimana negara-negara tadi telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk membangun institusi dan ekonomi kami. Kami telah mengadakan Expo Palestina pertama di Borobudur, dimana kami mulai bisa merencanakan untuk mengekspor komoditas kami, khususnya dalam bidang agrikultur, dan produk industri lain untuk memasuki pasar Indonesia.

T:
Jadi bantuan politis sudah memadai?

J:
Begitu besar bantuan politis, ekonomi, dan kemanusiaan. Baru kemarin kabinet memutuskan untuk mengirimkan bantuan tunai sebesar 1 juta dolar untuk pasokan medis yang akan disiapkan oleh Kimia Farma. Ini sangat penting. Tidak hanya jumlah uangnya, tapi bahwa ini berasal dari masyarakat Indonesia. Bayangkan, betapa besar dampaknya saat obat-obatan tersebut tiba di Gaza, dan mereka menyadari bahwa obat-obatan itu datang dari Jakarta yang 14 ribu kilometer jauhnya, bayangkan sokongan moral yang didapatkan oleh warga kami, bahwa mereka tidak sendirian. Kekuatan kami datang dari bantuan dan dukungan yang kami dapat dari warga biasa di Indonesia, dan ini sangat besar. Kami sangat tersentuh dengan mereka yang berikan dukungan melalui facebook, mereka yang datang ke kedutaan, yang menelepon karena ingin menyumbangkan uangnya, kepada mereka semua saya katakan bahwa mereka bisa koordinasikan bantuan apapun melalui kedutaan. Mereka bisa menelepon kami kapanpun mereka mau.
Kami juga memiliki gerakan Persahabatan Indonesia – Palestina yang diketuai seseorang yang sangat dihormati, Bapak Profesor Din Syamsuddin, yang mengepalai Muhammadiyah. Selama bertahun-tahun dia dipercaya untuk membantu mengirimkan bantuan kemanusiaan. Sebagian besar kebutuhan pangan, dan obat-obatan, melalui organisasi internasional, melalui system dalam PBB, melalui UNRWA, badan pemberi bantuan yang paling berperan bagi masyarakat Gaza dalam membagikan bantuan. Mereka adalah organisasi yang sangat transparan, akuntabel, dan dapat diandalkan. Karena terus terang, diluar itu, kita tidak bisa benar-benar yakin. Kita tidak bisa benar-benar yakin bahwa bantuan sampai ke tangan yang tepat.

T:
Saluran bantuan yang tidak terorganisir dengan baik seperti itu, apa pendapat anda tentang mereka?

J:
Situasi di Gaza sangat unik. Perbatasan antara Mesir dan Gaza tidak selalu bebas untuk dilalui. Kita harus terus mengorganisir bantuan-bantuan ini agar bisa masuk ke Gaza tepat waktu dan sesuai prioritas. Karena kebutuhan selalu berbeda-beda. Hari ini contohnya, kita baru mendapat kabar dari Menteri Kesehatan kami tentang kondisi terakhir di Gaza, dan obat apa yang dibutuhkan saat ini. Kita selalu membutuhkan obat-obatan, tapi tidak sembarang obat-obatan, tapi obat-obatan yang memang dibutuhkan, dan pasokannya sudah menipis. Kondisinya saat ini, ada 1000 korban luka dalam sehari, ini jauh diatas kemampuan kami. Itu sebabnya kami harus mengevakuasi beberapa diantaranya ke Mesir, untuk mendapatkan perawatan yang layak. Jadi saya sarankan bagi teman-teman kami di Indonesia, berbaik hati lah pada saudara-saudarimu di Palestina. Berdoalah bagi mereka apabila memungkinkan. Kalau mampu, akan baik sekali bila bisa menyumbangkan sesuatu, melalui jalur-jalur yang saya katakan tadi. Kami juga terus membutuhkan dukungan moralmu dengan mengangkat suara dalam masyarakat, dalam demonstrasi damai, biar dunia tahu bahwa Indonesia tidak menyetujui agresi ini, dan bahwa sampai saat ini tidak menerima pendudukan militer dimanapun.
Sejak jaman Soekarno, hingga saat ini, Indonesia selalu mendukung kami. Kenapa? Karena ini adalah permasalahan keadilan. Ini bukan masalah konflik agama, bukan masalah perselisihan batas wilayah dua negara. Ini masalah nasionalisasi, kemerdekaan, dan keadilan. Ini mengapa kita dalam konsensus dengan Indonesia. Seluruh Indonesia, seluruh partai politik di Indonesia setuju, alhamdullilah. Baik itu Muslim, Kristen, Buddha, semua di Indonesia mendukung Palestina. Saya bisa katakan, banyak sekali umat Kristen yang ingin membantu kami. Ada cara lain juga untuk membantu kami, yaitu dengan berinteraksi dan bekerja sama dengan kami. Berinteraksilah dengan kami dalam perdagangan, dalam pendidikan, dalam pariwisata. Tahun lalu saja ada 50 ribu warga Indonesia yang berangkat ke Palestina. Mereka berkunjung ke Jerusalem, berkunjung ke Bethlehem, dan Hebron. Kami ingin melihat angka ini bertumbuh, ini membantu ekonomi kami, sekaligus membuat mereka mengenal langsung bagaimana situasi yang sebenarnya disana. Saya juga ingin mengajak media untuk melihat langsung ke lokasi, karena mengalaminya langsung berbeda dengan mendengarnya dari orang lain.

T:
Jadi Gaza membutuhkan bantuan, tapi pastikan disalurkan melalui saluran yang tepat, itu pesan anda?

J:
Mohon lakukan itu. Pemerintah Indonesia juga akan dengan senang hati menyalurkan bantuan ini. Kami pun dari kedutaan siap untuk membantu menyalurkan bantuan yang ingin anda sampaikan. Gerakan Persahabatan Indonesia – Palestina yang dikepalai pak Din Syamsuddin juga sudah bekerja dengan sangat baik dalam menyalurkan bantuan. Saya bisa sarankan ke-3 saluran ini. Namun bila melalui saluran lain, saya tidak bisa berkomentar, tapi saya pun tidak dapat menjamin bantuan tersebut akan tiba ke tangan yang tepat. Tentu saja ada saluran lain, ada organisasi kesehatan lain jgua, seperti Mer-C yang membangun Rumah Sakit, mungkin sekarang sudah selesai, meski merupakan proyek lama. Tapi saluran-saluran seperti itu, baik dari pemerintah, maupun Internasional sangat transparan dan akuntabel, sehingga siapapun yang ingin menyumbang, mereka akan pastikan sumbangan itu sampai kepada mereka yang membutuhkan.

T:
Satu hal lagi: Banyak warga Indonesia yang berpikir ini perang antara dua agama. Mungkin anda bisa meluruskan apakah ini perang antar agama, atau penjajahan wilayah?

J:
Dalam politik, seorang politisi akan menggunakan isu agama. Bahkan terkadang saat pemilu, isu agama akan dibawa-bawa. Jadi anda bisa bayangkan. Saat gerakan zionis memulai proyek pembentukan wilayah Israel, mereka menggunakan isu agama dengan mengatakan adanya kerajaan bagi bangsa Yahudi 3000 tahun lalu. Ini cara gerakan zionis yang sebenarnya sekuler, membawa isu agama untuk meyakinkan bangsa Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina. Di Palestina hanya ada 30 ribu warga Yahudi saat deklarasi Balfour dicanangkan. Ini proyek kolonial yang tanpa bantuan Inggris, mungkin kita tidak akan pernah melihat adanya negara Israel di Palestina. Mereka berpikir untuk membangun permukiman Yahudi di Palestina karena adanya gerakan anti-semit di Eropa, bukan karena ada gerakan anti-semit di Timur Tengah, Negara Arab, atau Negara Muslim. Jadi ada dimensi agama dalam gerakan politis bernama zionis. Tapi konflik yang terjadi sekarang adalah antara pihak yang menjajah dengan yang terjajah. Ini proyek kolonialisasi yang harus berakhir. Itu sebabnya kami meminta nasionalisasi dan kemerdekaan.
Persis seperti yang terjadi di Indonesia. Apa yang terjadi di Indonesia bukanlah perang antara Kristen Belanda dengan Muslim Indonesia, tapi upaya kolonialisasi dari sebuah negara. Begitu perang ini berakhir, hubungan kalian pun kini sangat baik satu sama lain. Itulah yang kita bicarakan. Kalau pendudukan ini berakhir besok, maka kami menawarkan solusi dua negara dijalankan. Apa maksudnya? Bahwa Palestina akan hidup berdampingan dengan Israel. Kedua negara ini harus memperbaiki hubungan dengan saling mengakui keberadaan satu sama lain. Inilah yang dikatakan negara-negara Arab, bahwa apabila ini berhasil dilakukan, maka Israel akan memiliki hubungan diplomatik yang normal dengan semua negara tetangganya. Bahkan OIC sudah mengatakan hal yang sama, juga Indonesia. Apabila besok sebuah negara yang berdaulat dan merdeka berdiri di Palestina, maka tidak akan ada masalah antara Indonesia dan Israel sama sekali. Jadi dimana pula dimensi agama dalam masalah ini?
Apabila seluruh masyarakat muslim di dunia melawan Israel, maka Israel sudah lenyap dari muka bumi. Ada 1,5 Milyar warga muslim di seluruh dunia, jadi justru warga muslim tidak melihatnya dari dimensi agama. Tapi tentu saja setiap umat muslim berhak marah saat Palestina terusik. Karena situs suci agama islam terletak disini dibawah pendudukan. Umat muslim takkan membiarkan masjid Al Aqsa dibawah pendudukan. Ini adalah qiblat pertama bagi umat muslim, bahkan sebelum Mekkah. Ada Al Haram Ibrahimi di Hebron, ini situs Abraham. Ini adalah situs suci yang dimiliki oleh setiap muslim, termasuk di Indonesia. Jadi setiap ada serangan atas Palestina dan situs ini oleh Israel, tentu berdampak pada semua muslim di seluruh dunia. Saya ingatkan, satu fakta. OIC, yang merupakan Konferensi Negara Islam, dibentuk karena ada 1 atau 2 warga Israel yang menyebabkan kebakaran di masjid Al Aqsa, ini membakar perasaan seluruh umat muslim, hingga mendorong dibentuknya OIC. Jadi bayangkan betapa pentingnya ini bagi umat muslim.
Israel selalu mengatakan bahwa Jerusalem adalah ibukota abadi Israel. Ini artinya mereka mengabaikan hak umat muslim, karena Jerusalem pun diduduki oleh mereka. Itu juga yang membuatnya seperti memiliki dimensi agama. Bangsa Israel yang ingin membuatnya terlihat seperti konflik antara muslim dan yahudi, sehingga mereka bisa menyertakan dunia barat untuk mendukung mereka. Mereka bisa membawa Eropa dan Amerika Serikat untuk mendukung mereka. Sehingga ini seakan menjadi konflik antara mereka dan kita. Antara dunia barat dan segala idealismenya, melawan umat islam yang primitif, oriental, dan teroris. Itu sebenarnya agenda Israel untuk memposisikan konflik ini. Bagi kami, bukan itu. Kami mencari dukungan. Lihat siapa yang mendukung Palestina. Apakah hanya negara muslim? Tidak. Lihat di PBB, lihat Vatikan, Sri Paus ada di Palestina, dan tidak ke Israel. Dia berangkat dari Amman, lalu terbang dengan helikopter ke Bethlehem. Ia tidak menganggap Bethlehem sebagai bagian dari Israel. Jadi ini posisi dari Sri Paus, dan gereja Katolik, bagaimana pula ini hanya menjadi masalah bagi umat muslim?

T:
Tapi perbincangan panjang ini juga menunjukkan, saat isu agama yang dibawa, fokus masyarakat beralih dari apa yang sebenarnya terjadi di Tepi Barat?

J:
Tepat sekali. Mereka ingin membuat konteks konflik ini sangat terbatas, bahwa masalah mereka hanyalah Gaza, dengan sebuah organisasi bernama Hamas. Baik, pertanyaannya begini: Hamas dibentuk tahun 1989, lalu mengapa Israel telah menduduki Palestina sejak 1948? Lalu apa alasan mereka pada saat itu?

T:
Terima kasih atas waktu anda, pak Mehdawi.

—————————————————
Bagi pembaca yang mungkin tertarik membantu warga Palestina dengan dana, atau bentuk lainnya, namun khawatir dananya disalahgunakan, bisa bertanya langsung ke kedutaan Palestina di nomor telp: 021-3145444 agar bisa disalurkan ke yayasan dan lembaga yang pasti menjamin dana tiba di tangan warga Palestina yang membutuhkan.
Thanks for reading.

null

—————————————————

Sumber: timmarbun.wordpress.com

Mengapa Pesawat Dapat Terbang?

Posted on

Mengapa Pesawat Dapat Terbang: Generation of Lift

Pada suatu hari di kantor di bilangan Jakarta Pusat, Anda mendadak mendapat telepon bahwa Anda ditugaskan untuk berangkat ke Manado untuk suatu pekerjaan. Anda dijadwalkan untuk terbang meninggalkan Jakarta keesokan harinya pada pukul 8 pagi. Pernahkah Anda bertanya, mengapa pesawat terbang bisa terbang di udara? Adakah sesuatu yang salah dengan hukum gravitasi Mr. Newton? Bukankah segala sesuatu yang tidak digantung dan tidak nempel ke tanah harus jatuh kembali ke tanah?

 

Weight

Setiap sesuatu yang menempati ruang, memiliki massa. Setiap massa yang terpengaruh oleh medan gravitasi, memiliki berat. Hal ini juga berlaku dengan pesawat terbang. Setiap komponen pesawat terbang, mulai dari rangka pesawat, penumpang, sampai dengan bagasi, menambah berat pesawat terbang tersebut.

Gaya berat ini yang menyebabkan setiap barang yang gak nempel ke tanah, atau yang tidak ditahan akan selalu jatuh ke tanah. Gaya berat selalu menarik segala sesuatu ke pusat gravitasi bumi.

Lift

Kalau begitu, pesawat harus ditahan supaya tidak jatuh, dong? Ya, pesawat terbang dapat mengudara karena ditahan oleh gaya angkat (lift) netto yang dihasilkan oleh seluruh badan pesawat. Tentunya, komponen terbesar yang menghasilkan gaya angkat adalah bagian sayap pesawat (wing). Bagaimana lift dihasilkan? Ada tiga nama yang harus disebutkan di sini, Mr. Newton, Mr. Coanda dan Mr. Bernoulli.

 

Hey, Mr. Newton!

Lift dihasilkan karena aliran udara dibelokkan ketika mengalir melewati sayap. Bahkan, tidak hanya ketika melewati sayap pesawat, lift juga dihasilkan ketika kita menaruh kertas di depan aliran udara pada suatu sudut tertentu. Kata kuncinya adalah: aliran dan pembelokan aliran tersebut. Coba dengan bermain pesawat kertas! Jika pesawat dilepas tanpa diberi dorongan ke depan, pesawat tersebut tetap akan jatuh ke tanah. Ini menunjukkan perlu ada aliran udara agar lift dapat dihasilkan.

Ketika aliran udara dibelokkan, terjadi aksi-reaksi antara aliran udara dan objek yang membelokkan udara tersebut (sayap, kertas). Ketika aliran udara yang awalnya lurus kemudian belok setelah melewati objek tersebut, kita kemudian bertanya, apa yang membengkokkan aliran tersebut. Ya, jawabannya adalah objek tersebut. Artinya, ada suatu gaya yang dikerjakan oleh objek tersebut terhadap aliran udara tersebut. Mr. Newton berkata, untuk setiap aksi akan ada reaksi yang sama besar pada arah yang berlawanan dari aksi tersebut. Objek tadi telah mengerjakan suatu aksi pada aliran udara tersebut, maka, aliran udara juga akan mengerjakan reaksi yang sama besar pada objek tersebut.

Mari kita liat apa yang terjadi pada pesawat kertas kita tadi.

The second guy, Mr. Coanda!

OK, sekarang kita telah mengerti bahwa lift dihasilkan karena arah aliran udara dibelokkan. Mengapa aliran udara tersebut bisa belok? Henri Coanda (1886-1972) menemukan suatu fenomena bahwa aliran fluida cenderung menempel ke permukaan di dekatnya. Artinya udara nggak bablas begitu saja, tetapi mengikuti bentuk permukaan di dekatnya. Artinya streamline aliran fluida tersebut akan berubah sesuai dengan bentuk permukaan di dekatnya. Hal ini menyebabkan aliran udara terbelokkan ketika mengenai kertas kita tadi (ataupun ketika melewati permukaan sayap).


Efek Bernoulli

Apa manifestasi nyata dari lift? Apabila berat pesawat dapat dilihat dari gravitasi bumi, lift dapat dilihat sebagai hasil dari perbedaan tekanan antara permukaan atas dan permukaan bawah sayap. Nett lift (gaya angkat netto) hanya bisa terjadi apabila tekanan di bawah sayap lebih besar daripada tekanan di atas sayap. Menurut Bernoulli, hal ini hanya bisa dihasilkan apabila kecepatan aliran di bagian bawah sayap pesawat lebih kecil daripada kecepatan aliran udara di bagian atas sayap pesawat.

And the rotating ball

Dapat juga diartikan sebaliknya bahwa lift dapat dihasilkan karena adanya perbedaan kecepatan di antara dua permukaan sehingga terjadi perbedaan tekanan. Hal ini dapat juga dilihat di olahraga tenis lapangan. Pemain tenis berusaha membuat bola mereka berputar (spin). Misalnya ketika melakukan topspin (bola diputar dengan pukulan raket dari bawah ke atas), ini membantu mencegah bola tenis jatuh di luar lapangan. Hal ini disebabkan ketika bola diberikan top spin, bola akan berputar seperti ditunjukkan di gambar di bawah ini. Dengan demikian, kecepatan aliran di atas bola lebih kecil daripada di bawah bola. Hal ini menyebabkan gaya ke bawah (Fm) pada bola tenis yang membantu mencegah bola tidak keluar lapangan.

More Advanced Topics

gambar:©2008 Lester Gilbert

Bound Vortex and Kutta-Joukowski

Kutta dan Joukowski adalah dua orang yang memformulasikan bahwa lift dapat dihubungkan dengan sirkulasi/perputaran udara di sekitar suatu objek. Artinya, untuk setiap lift yang dihasilkan, ada suatu perputaran udara yang bisa diasosiasikan dengan lift tersebut. Ini yang dikenal dengan istilah bound vortex di sayap pesawat. Perputaran udara ini menghasilkan lift pada pesawat. Teorema sirkulasi yang dituliskan oleh Kelvin menyatakan bahwa karena pada awalnya ketika pesawat diam tidak ada sirkulasi sama sekali, vortex ini akan membentuk suatu loop yang agar total sirkulasi tetap nol. Akibatnya dapat dilihat seperti pada gambar di samping: adanya starting vortex dan tip vortex.

The Common Fallacies

Kesalahan-kesalahan yang sering ditemukan mengenai bagaimana lift dapat dihasilkan adalah sebagai berikut:

Teori “Longer path” or “Equal Transit Time”

Teori ini mengatakan bahwa airfoil pesawat di-design sedemikian agar panjang lintasan permukaan atas sayap lebih panjang daripada permukaan bawah sayap. Artinya molekul udara di sisi atas sayap harus bergerak lebih cepat daripada molekul di sisi bawah sayap agar mereka bertemu lagi di ujung trailing edge sayap. Teori ini walaupun kedengarannya benar, tetapi didasarkan pada asumsi yang salah, yaitu bahwa molekul udara harus bertemu lagi di ujung sayap. Kalau teori ini benar, kertas kita tadi tidak akan bisa menghasilkan lift. Pada kenyataannya, ada lift yang dihasilkan dari kertas yang diletakkan pada suatu angle-of-attack terhadap aliran udara.

Teori tumbukan molekul udara

Teori ini mengatakan bahwa lift dihasilkan dari tumbukan udara yang dibelokkan pada sisi bawah sayap. Teori ini salah karena hanya melihat pada sisi bawah sayap saja yang menyebabkan aliran udara membelok. Pada kenyataannya lebih banyak udara yang dibelokkan di sisi atas sayap dibandingkan dengan sisi bawah sayap.

Sumber: ilmuterbang.com

A Captivating Way in Comprehending Something New: BEACHHEAD

Posted on Updated on

Beachhead. Istilah baru bagi gue. Ga terlalu baru juga sih sebenarnya karena udah denger sejak ‘secara acak’ diikutsertain di penyusunan program Transformasi Kelembagaan di kantor gue medio 2013 lalu. Karena program ini bekerja sama dengan konsultan kaliber internasional, McKinsey & Company, meski penasaran, waktu itu gue ga cari tau kenapa istilahnya Beachhead. Percaya2 aja dah, kan mereka2 jauuh lebih pinter dari gue atau bahkan kami. Kenapa beach (pantai) dan head (kepala)? I didn’t care. Waktu itu gue coba ngertiin beachhead sbg “hal2 besar” let’s say “inisiatif utama” yg wajib kudu harus jalan dan sukses duluan sebelum inisiatif2 lain rolled-out. And guess what?? Kerjaan di unit gue masuk list beachhead pula. God!

Bukan itu inti tulisan ini. Kemarin nonton The Monuments Men, film based on true story dari World War II. Di situ disebut istilah Beachhead dan Pantai Omaha. Sontak keinget film Saving Private Ryan. Film itu mengisahkan banyak hal di potongan sejarah besar WWII di antaranya penerjunan/pengerahan besar2an pasukan Sekutu di pantai musuh (konon terbesar yg pernah ada di sejarah) dalam hal ini Jerman, pada 6 Juni 1944. Oke, ternyata itu contoh beachhead.

Belum selesai. Hari ini nonton berita di tv bahwa 6 Juni 2014 lalu tragedi/operasi Pantai Omaha itu diperingati sebagai D-Day, banyak kepala negara hadir, termasuk Obama dan Ratu Inggris. Menurut presenter, ratusan ribu tentara mati dalam operasi itu, menurut wikipedia cuma ribuan. IDK dan IDC lah yaa.. Tapi amazingnya, istilah beachhead lagi-lagi disebut. Sontak googling dgn keyword beachhead dan nemu ini:
“A beachhead is a temporary line created when a military unit reaches a beach by sea and begins to defend the area while other reinforcements help out until a unit large enough to begin advancing has arrived.” -wikipedia.com

Ternyata itu istilah militer. Dan definisi gue setahun lalu ga melenceng2 amat dari definisi sebenernya. 😀

Story behind this post is it’s utterly captivating for me discovering something I don’t comprehend (for sure) before with many clues i dont expect to get and in a long time. At the end I say “ohhh, ternyata ini arti sebenernya!”
Haha

(yda)

Kenapa “Lorem Ipsum”?

Posted on Updated on

Perhatikan kutipan teks singkat berikut ini:

“Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.”

Bagi Blogger yg suka gonta ganti template mungkin sudah tidak asing lagi dengan kalimat di atas ini. Sebab paragraf ini merupakan sebuah dummy text yang biasa digunakan sebagai blindcopy sementara untuk mengisi kekosongan saat sebuah template masih akan didownload. Nyatanya memang paragraf tersebut sudah sedemikian dikenal oleh semua orang yang berkecimpung di dunia blogging, periklanan dan desain grafis, bahkan telah digunakan sejak tahun 1500.

Tapi adakah yang tahu, apa sih paragraf “Lorem ipsum” itu? Awalnya saya (mungkin juga anda semua) berpikir itu hanya kalimat biasa saja dan tidak ada artinya, dibuat secara sembarangan yang tujuannya untuk mengisi ruang kosong yang nantinya akan diisi teks. Lalu saya yang penasaran mencari-cari informasi di Google dan ternyata anggapan saya adalah Salah!

Tidak seperti anggapan banyak orang, Lorem Ipsum bukanlah kalimat yang tidak ada artinya. Sejarah Lorem ipsum berakar dari sebuah naskah sastra latin klasik dari era 45 sebelum masehi, hingga bisa dipastikan usianya telah mencapai lebih dari 2000 tahun. Richard McClintock, seorang professor Bahasa Latin dari Hampden-Sidney College di Virginia, mencoba mencari makna salah satu kata latin yang dianggap paling tidak jelas, yakni consectetur, yang diambil dari salah satu bagian Lorem Ipsum. Setelah ia mencari maknanya di literatur klasik, ia mendapatkan sebuah sumber yang tidak bisa diragukan. Lorem Ipsum berasal dari bagian 1.10.32 dan 1.10.33 dari naskah “de Finibus Bonorum et Malorum” (Sisi Ekstrim dari Kebaikan dan Kejahatan) karya Cicero, yang ditulis pada tahun 45 sebelum masehi. Buku ini adalah risalah dari teori etika yang sangat terkenal pada masa Renaissance. Baris pertama dari Lorem Ipsum, “Lorem ipsum dolor sit amet..”, berasal dari sebuah baris di bagian 1.10.32.

Bagian standar dari teks Lorem Ipsum yang digunakan sejak tahun 1500an kini di reproduksi kembali di bawah ini untuk mereka yang tertarik. Bagian 1.10.32 dan 1.10.33 dari “de Finibus Bonorum et Malorum” karya Cicero juga di reproduksi persis seperti bentuk aslinya, diikuti oleh versi bahasa Inggris yang berasal dari terjemahan tahun 1914 oleh H. Rackham.

Naskah Lorem Ipsum standar yang digunakan sejak tahun 1500an:

“Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.”

Bagian 1.10.32 dari “de Finibus Bonorum et Malorum”, ditulis oleh Cicero pada tahun 45 sebelum masehi:

“Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam, eaque ipsa quae ab illo inventore veritatis et quasi architecto beatae vitae dicta sunt explicabo. Nemo enim ipsam voluptatem quia voluptas sit aspernatur aut odit aut fugit, sed quia consequuntur magni dolores eos qui ratione voluptatem sequi nesciunt. Neque porro quisquam est, qui dolorem ipsum quia dolor sit amet, consectetur, adipisci velit, sed quia non numquam eius modi tempora incidunt ut labore et dolore magnam aliquam quaerat voluptatem. Ut enim ad minima veniam, quis nostrum exercitationem ullam corporis suscipit laboriosam, nisi ut aliquid ex ea commodi consequatur? Quis autem vel eum iure reprehenderit qui in ea voluptate velit esse quam nihil molestiae consequatur, vel illum qui dolorem eum fugiat quo voluptas nulla pariatur?”

Terjemahan tahun 1914 oleh H. Rackham:

“But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain of itself, because it is pain, but because occasionally circumstances occur in which toil and pain can procure him some great pleasure. To take a trivial example, which of us ever undertakes laborious physical exercise, except to obtain some advantage from it? But who has any right to find fault with a man who chooses to enjoy a pleasure that has no annoying consequences, or one who avoids a pain that produces no resultant pleasure?”

Yang dapat diartikan ke dalam Bahasa Indonesia:

“Demikian pula, tidak adakah orang yang mencintai atau mengejar atau ingin mengalami penderitaan, bukan semata-mata karena penderitaan itu sendiri, tetapi karena sesekali terjadi keadaan di mana susah-payah dan penderitaan dapat memberikan kepadanya kesenangan yang besar. Sebagai contoh sederhana, siapakah di antara kita yang pernah melakukan pekerjaan fisik yang berat, selain untuk memperoleh manfaat daripadanya? Tetapi siapakah yang berhak untuk mencari kesalahan pada diri orang yang memilih untuk menikmati kesenangan yang tidak menimbulkan akibat-akibat yang mengganggu, atau orang yang menghindari penderitaan yang tidak menghasilkan kesenangan?”

Paragraf asli Lorem Ipsum berbicara tentang sebuah etika. Etika ini ada ketika Cicero sangat dekat dengan dunia hukum dan dunia seni. Tidaklah heran pada masa kekuasaan Romawi, Cicero menuntut gurbenur Sicily yaitu Verres. Kisah ini sangat terkenal mengingat keberanian Cicero menggugat kegurbenuran atas tuduhan penyerangan, pembunuhan, dan korupsi. Herannya, dari kebanyakan tuntutan Cicero kepada Verres adalah kejahatan penjarahan karya-karya seni. Cicero memang sangat peduli dengan karya seni.

Nah, sudah tahu kan sekarang? Jadi paragraf yang kelihatannya asal caplok aja itu ternyata bukan sembarang paragraf. Ternyata memiliki kisah dan arti yang sangat mendalam.

Sumber: http://blogdoodey.blogspot.com — dengan pengubahan minor seperlunya.

Kualanamu International Airport: My Testimony

Posted on Updated on

Kualanamu International Airport (KNO) is Indonesia’s brand new airport located in Kabupaten Deli Serdang, North Sumatera, Indonesia. Built to catch up the aircraft movement growing demand that Polonia International Airport (MES) can’t afford any longer. It’s a quite stunning airport Indonesia ever has. This airport soft launching was held on July 25, 2013. The grand opening will be soon held on February 2014 by the President (tentative).

According to my record, it has many eminence compared to the predecessor (Polonia International Airport/MES) and other airports in the country, as well. Planned to be expanded due to capacity demand raise, built with modern technology in avionic and baggage handling system, has open-check-in-airport concept (1st in the country), has huge land bank to support the future development, has a dedicated train to conceive comfort and ease mobility lust, are several major strengths this airport could proud of.

The lack is about the aestethic standard of details such as design of signages, ornament spaces, flowery parks, and Air Traffic Controller (ATC) Tower. I think the design of the ministage (located in the center of boarding area) not harmonized to the overall design of the airport. Furthermore, the terminal of official buses not too comfy, prayer room is worse than found in suburb shopping center, marble floor and the glass walls got to get extra attention to maintain the cleanliness.

However, this airport has been spoken out as a national treasure that potential to boost Indonesia economic and aviation competitiveness. Hopefully next phase of development rolled out soon as the movement of pax has reached its current limit.

For you haven’t seen, here’s official video of the launching. Enjoy!

(yda)